[Flash Fiction] Kak Tedy - Kak Miranda

15.41


Aku terduduk diam di pojokan. Sendirian. Sepi.

Di luar sana, terdengar tawa canda teman-temanku. Ada saja yang mereka bicarakan. Cuaca, politik, makanan, olahraga, gosip, dan entah apa lagi. Mereka terlihat bergembira. Tertawa, marah, gemas sama politik pemerintah, lalu heboh bertukar cerita tentang tempat makan yang enak. Bebas. Tak Terganggu.

Hai kalian. Pernahkah kalian bepikir, ada orang disini? Pernahkah kalian menganggapku ada? Pernahkah kalian berpikir rasanya menjadi diriku?
Aku bukan seorang yang supel. Aku introvert. Mungkin saja introvert akut. Aku tidak suka berbica menghabiskan waktu dengan orang yang tidak begitu dekat denganku. Aku tidak suka tertawa untuk hal yang tidak pantas ditertawakan.

Aku sendirian. Selalu sendirian. Aku selalu berada di tengah kerumunan teman-temanku. Tapi aku sendirian. Berputar-putar sendiri dengan dunia di pikiranku. Bagiku, dunia nyataku hanyalah mimpi buruk. Dunia tanpa Papa dan Mamaku adalah mimpi burukku. Mimpi terburukku. Dan aku selalu sendirian.

Tidak. Aku tidak sendirian. Ada orang. Tepatnya, ada dua orang. Mereka di pojok sana, memperhatikanku lekat. Lalu mereka berjalan ke arahku dan berhenti tepat di depanku.

Mereka hanya diam. Tapi dua pasang mata itu menatap lekat ke dalam mataku. Aku tenggelam di mata hitam mereka. Dua pasang mata hitam itu seolah ingin menyampaikan suatu pesan.

Kamu tidak sendirian. Jangan sedih. Jangan menangis. Ada kami. Kamu tidak pernah sendirian.

Kak Tedy.

Kapanpun kamu merasa sendirian, pejamkan matamu. Kami akan ada di sampingmu, sayang. Tenanglah, jangan menangis. Kamu harus kuat.

Kak Miranda.

Air mataku terus mengalir. Singkat. Klise. Tapi sangat mengena dan aku merasakan kehangatan yang tidak pernah ku dapatkan ketika berada di luar rumah.

Aku menatap keduanya, berusaha menyampaikan kata-kata melalu tatapan mataku. Berharap mereka mengerti.

Terima kasih Kak Tedy. Terima kasih Kak Miranda. Aku sayang kalian.

Mereka tersenyum hangat.

Oh, mereka mengerti maksud tatapanku. Aku mulai bergerak ke depan, ke arah mereka. Aku ingin memeluk keduanya. Tidak akan melepaskan mereka.

"Hai, makan yuk?"tiba-tiba salah seorang temanku membuka pintu kamar, berteriak dengan lantang kepadaku.

Aku kaget. Mataku menatap sekitar. Hilang. Kak Tedy dan Kak Miranda menghilang. Mereka telah menghilang dari kamar kostku yang kecil ini. Semua gara-gara temanku ini.

Aku menatapnya tajam. Marah. Ingin rasanya aku melemparkan pisau di sebelahku ini ke mulutnya.

***

Flash fiction (kalo ini bisa disebut FF) kedua. Habis nulis ini, serasa mirip psikopat -_-

You Might Also Like

0 komentar